Winter in Tokyo Siap Jadi Idola Remaja Indonesia

WINTER IN TOKYO SIAP JADI TONTONAN IDOLA REMAJA INDONESIA



Film Indonesia memang harus diakui sampai saat ini masih menjadi film kedua di negerinya sendiri. Apalagi ketika drama-drama romantis Korea menembus pasaran Indonesia. Tak bisa dielakkan lagi, industri film Indonesia harus jatuh bangun untuk bisa bertahan. Para sineas dituntut untuk semakin meningkatkan kreativitas karyanya agar masih tetap eksis di kancah perfilman. Dan, di Agustus 2016 ini Fajar Bustomi melakukan gebrakan dengan menghadirkan "Winter in Tokyo", sebuah film drama romantis yang diadaptasi dari novel best seller karya Ilana Tan.


Pada acara media screening, Fajar Bustomi menjelaskan kalau syuting film "Winter in Tokyo" sepenuhnya diambil di Tokyo sesuai dengan latar cerita yang ada dalam novel. Jadi, dalam "Winter in Tokyo" mata kita memang dimanjakan sekali dengan visualisasi keindahan kota Tokyo di musim dingin. Nah, bagi yang suka dengan coat-coat winter ala-ala Harajuku Jepang, bisa juga cari inspirasi dari baju-bajunya Keiko, Haruka, dan Yuri yang dijamin oke punya. Semua pemain dalam film "Winter in Tokyo" mengaku kesulitan terbesar yang mereka alami saat proses syuting adalah menahan dinginnya cuaca musim dingin di Tokyo yang katanya sempat mencapai -1 derajat celcius.  



Yang di luar dugaan adalah akting keren dari Pamela Bowie mengingat "Winter in Tokyo" adalah film layar lebar perdananya. Pamela benar-benar menghayati perannya sebagai Ishida Keiko. Dalam film tersebut, kita tidak bisa lagi melihat sosok Pamela, tapi seorang Keiko, gadis enerjik yang kutu buku dan imajinatif, serta baik hati. Begitu pula dengan Dion Wiyoko, pemeran Nishimura Kazuto, laki-laki yang akhirnya menjadi pilihan hati Ishida Keiko. Maka wajar kalau dalam film "Winter in Tokyo" chemistry Pamela dan Dion dapet banget, akting keduanya emang jempolan.   

Selain kekuatan setting dan pemain, menurut saya film "Winter in Tokyo" juga sarat dengan makna kata. Ya, sebetulnya tidak mengherankan sih, karena skenario film ini ditulis oleh script writer ternama, yaitu Titien Wattimena. Lihat saja film Mengejar Matahari, About Her, Sunday Morning in Victoria Park dan karya Titien Wattimena lainnya dipastikan kita akan menjumpai penggalan-penggalan dialog yang kata-katanya indah banget atau ngena di hati. Saya sendiri suka banget dengan kata-kata Kazuto pada Keiko ketika Keiko menyatakan takut gelap, "Kenapa takut gelap? Padahal banyak keindahan yang hanya dapat dilihat dalam gelap." Beuhh ... he, he ... melting deh, sama Dion (lho??), maaf Kazuto maksudnya. Ngomong-ngomong, Titien Wattimena memang idola saya, makanya senang sekali dapat ber-wefi ria dengannya.


Ada lagi yang lain daripada yang lain dari film "Winter in Tokyo". Hayoo ... apa coba?? Bahasanya! Walaupun film ini adalah segmen remaja-dewasa, tapi jangan harap kamu bakalan menemui bahasa-bahasa gaul atau alay dalam dialog pemainnya. Bahasa yang digunakan cenderung bahasa baku (formal). Hal ini sempat ditanyakan oleh salah satu perwakilan media, dan ternyata alasannya adalah agar bisa benar-benar menggambarkan nuansa kehidupan orang Jepang. Yaa ... secara memang ga mungkin, kan orang Jepang bicara Indonesia gaul, terlalu aneh rasanya. Sisipan-sisipan bahasa Jepang dalam dialog para pemain menambah kuat setting ceritanya. Jadi, kalau kamu nonton film "Winter in Tokyo", kita terasa nonton film Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Asli, keren banget deh ... romance abis! Winter in Tokyo sepertinya akan jadi tontonan idola remaja Indonesia di Agustus 2016 ini. Pamela dan Dion, siap-siap saja kalau kalian berdua akan diserbu di mana-mana :p



***  








 

Video Writing Technic

Video Writing Technic