LONG
LIFE EDUCATION
Perlukah wanita mengenyam
pendidikan setinggi mungkin? Dalam agama saya (Islam), jawabannya “Ya” sekali.
Mengapa? Karena wanita akan menjadi ibu yang memiliki tugas utama mendidik
putra-putrinya. Jadi, anggapan wanita hanya cukup bekerja di dapur dan di kasur
sepertinya itu harus dibuang jauh-jauh dalam pikiran kita sebagai wanita.
Ingatlah bahwa kuatnya generasi penerus bangsa sangat ditentukan oleh peranan
seorang wanita.
Kewajiban menuntut ilmu bagi wanita nyata tertera dalam sebuah hadits terkenal, yaitu: “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.” (HR. Ibnu Abdil Barr). Berdasarkan hadits tersebut, maka kita tahu bahwa kewajiban menuntut ilmu bukan hanya pada laki-laki, tapi juga pada wanita.
Kewajiban menuntut ilmu ini
juga berlangsung sepanjang hidup. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan hadits berikut:
“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga
ke liang lahat.” (Al Hadits). Pada dasarnya, kita memang sejak dalam
kandungan telah menuntut ilmu yang diajarkan oleh ibu kita yang mengandung.
Makanya, ketika seorang wanita mengandung sangat disarankan telah mengenalkan
bayi pada hal religius – kita sering mendengar para ibu hamil rajin melantunkan
ayat suci Al-Qur’an atau sholawatan, bukan?
Bagaimana memaknai menuntut
ilmu sampai liang lahat? Kalau kita terjemahkan dalam bahasa kekinian ini tidak
lain yang kita sebut dengan istilah “Long Life Education” atau “Pendidikan Sepanjang Hayat”. Ya,
menuntut ilmu hendaknya kita lakukan sepanjang hidup kita. Bukan berarti
sepanjang hidup kita terus sekolah, ya! Karena menuntut ilmu tidak harus
dilakukan secara formal, bisa informal atau nonformal. Bagi saya, membaca
buku-buku pengetahuan pun termasuk menuntut ilmu. Bahkan, sekedar nonton acara
berita TV pun itu adalah bagian dari upaya menuntut ilmu.
Hanya saja, bagaimana
caranya agar kita ingin menuntut ilmu secara lebih khusus atau serius? Pastinya
disesuaikan dengan kebutuhan kita saat itu. Terutama bagi para ibu rumah
tangga, tentunya tidak bisa sembarangan mengikuti sebuah program pendidikan
karena terlebih dahulu harus mengutamakan kepentingan keluarga. Berikut tip-tip
yang bisa dilakukan oleh para wanita agar bisa terus up-grade ilmu pengetahuan
mereke walaupun sudah berumah tangga.
1. Sisihkan Tiap Bulan Anggaran Khusus untuk
Self Development
Wanita yang sudah berumah tangga biasanya
sangat rajin menyisihkan anggaran untuk tabungan keluarga (simpanan darurat).
Tapi, kalau ditanya: Apakah mereka menyisihkan anggaran khusus untuk dirinya
sendiri, terutama untuk keperluan pengembangan diri? Rata-rata menjawab ‘tidak’.
Alasannya tentu beragam, yang paling utama pastinya ‘soalnya uangnya ga cukup’.
Benarkah demikian?
Mungkin ya atau mungkin juga tidak. Sebab,
saya sejak pertama menikah dari keadaan nol selalu berusaha menyisihkan
anggaran khusus untuk keperluan pengembangan diri. Entah hanya Rp 50.000,-
sekali pun yang hanya cukup buat beli buku murah 1 atau 2 buku.
Setelah saya memiliki penghasilan sendiri
(tidak bergantung pada suami), saya biasa menganggarkan minimal 20% penghasilan
tersebut dianggarkan khusus untuk keperluan pengembangan diri. Misalnya: beli
buku, ikut kursus-kursus, ikut kegiatan komunitas, bahkan untuk melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi (saat ini saya sedang proses pendidikan S3).
2. Miliki Kartu Anggota Perpustakaan
Saya kan bukan anak sekolah lagi! Hehe ...
itu mungkin yang terucap jika disarankan memiliki kartu anggota perpustakaan.
Sebetulnya ini boleh dilakukan boleh tidak. Tapi, saya sarankan bagi para
wanita berumah tangga yang punya anggaran mepet atau bahkan tidak punya jatah
untuk membiayai keperluan pengembangan diri.
Banyak manfaat lho, kalau kita punya kartu
anggota perpustakaan. Yang utamanya kita ga perlu keluar banyak anggaran untuk
membeli buku yang kita ingin baca. Tapi, mungkin bagi penggemar ngoleksi buku
seperti saya, tetap saja per bulan menyediakan anggaran khusus membeli buku,
walaupun sudah punya kartu anggota perpustakaan :p. Oya, jangan lupa pilihlah
perpustakaan yang memang punya koleksi buku yang lengkap. Perpustakaan
universitas negeri atau swasta terkenal, lalu perpustakaan di kantor kementrian
biasanya lebih oke!
3. Gabunglah dengan Komunitas di Media
Sosial
Punya akun media sosial? Para wanita yang
punya smarphone minimal punya akun Facebook. Nah, manfaatkan akun media sosial
tersebut untuk kita mengembangkan diri. Di media sosial biasanya tersebar banyak
sekali komunitas dengan fokus kegiatan masing-masing. Pilihlah jenis komunitas
yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan diri kita. Misal, seperti saya banyak
gabung di tiga jenis komunitas, yaitu: kepenulisan, bisnis, dan traveling.
Bagaimana dengan kamu? Silahkan sesuaikan dengan passion masing-masing.
4. Aktif dalam Komunitas Masyarakat
Sekitar
Saya yakin di lingkungan masyarakat di mana
kita tinggal pasti ada kegiatan kemasyarakatan. Misalnya kegiatan pengajian
atau PKK. Nah, apa salahnya untuk ikut aktif berpartisipasi? Selain untuk
mempererat hubungan kita dengan para tetangga dekat, ternyata kalau kita
pandai-pandai memilah pergaulan banyak hal positif yang bisa kita peroleh.
Kegiatan masyarakat yang kita aktif ikuti, biasanya mendorong kita untuk
mengembangkan diri. Contoh, ternyata dalam kegiatan masyarakat tersebut
dibutuhkan tenaga MC, lalu kita dipercaya untuk menjadi petugasnya. Nah, mau
tidak mau kita belajar menjadi pembawa acara yang baik karena ga mungkin mau
belepotan bicara di depan umum.
5. Miliki Side Job
Ini saya sarankan bagi para wanita berumah
tangga yang memang penghasilan suaminya ngepasi anggaran rumah tangga. Entahlah,
walaupun saya sudah berumah tangga tapi dalam masalah keuangan sejak muda
memang sudah punya prinsip untuk mandiri. Jadi, setelah berumah tangga pun bagi
saya tidak ada pikiran bersandar pada suami apalagi terkait dengan kepentingan
untuk diri sendiri.
Mandiri dalam keuangan, minimal untuk kepentingan diri
sendiri lebih saya sarankan bagi para wanita. Hal ini, lebih kepada jaga-jaga
takutnya kelak di kemudian hari terjadi hal yang buruk (baca: perceraian). Jika
kemajuan yang kita capai memang berasal dari penghasilan kita sendiri, saya
rasa akan lebih merasa puas dan nyaman. Jadi, sekecil apa pun penghasilannya
ada baiknya memiliki side job yang
minimal bisa membiayai keperluan pengembangan diri kita.
EmoticonEmoticon